Jumat, 25 November 2022

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Aksi Nyata Topik 3

Refleksi Diri Topik 3

Dita A. R.

PPG Prajabatan 2022   

Rumpun Bahasa (Bahasa Indonesia)

 Setelah mempelajari konsep pada pembelajaran topik tiga perspektif sosiokultural,saya menyadari bahwa peserta didik memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda. Hal tersebut akan berdampak pula pada motivasi siswa ketika belajar. Untuk itu guru sudah sepatutnya memahami perbedaan tersebut agar setiap pembelajaran peserta didik mampu mencapai pemahaman yang sama dengan cara yang disesuaikan dengan karakteristik mereka. Meskipun menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa kesuksesan belajar peserta didik ditentukan oleh faktor status ekonomi dan latar belakang pendidikan orang tua mereka. Namun, hal itu tidak selalu benar karena banyak contoh keberhasilan seseorang dengan latar belakang status ekonomi dan pendidikan orang tua yang biasa saja. 

    Setelah mempelajari topik  tiga saya pun semakin mengetahui bahwa kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik setiap peserta didik berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan jika dibangun dengan sebuah tujuan yang sama akan menunju pada pendidikan yang ideal. Selain itu, pada topik ini, saya mempelajari pula keberagaman dari berbagai contoh sekolah yang dipaparkan oleh rekan-rekan. Perbedaan dan persamaan ini tentu dipengaruhi oleh berbedanya faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Akan tetapi, sebagus apapun sarana dan prasarana yang dimiliki namun tidak adanya seorang guru yang mumpuni maka pendidikan kiranya akan kian tertinggal. Oleh karena itu, pemerintah harus terus terlibat untuk memberantas kesenjangan yang ada di Indonesia sehingga peserta didik mendapatkan kesetaraan dan hak yang sama dalam belajar.


    Saya pun ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana mengajar dengan tetap sepenuh hati meski peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda. Selain itu, saya semakin menyadari bahwa mengajar bukanlah hal yang mudah sebab setiap peserta didik sudah memiliki kodratnya masing-masing. Dengan kata lain, mereka dituntun sesuai dengan kemampuan dan bakatnya bukan karena dibentuk sesuai keinginan orang tua ataupun guru. Peserta didik memiliki karakteristik dan minat yang berbeda sehingga perlu dipahami oleh guru agar pembelajaran dapat dimaknai dengan caranya masing - masing.  

    Tugas guru sebenarnya adalah menuntun dan membimbing kodrat peserta didik sesuai zaman dan alamnya. Pendidikan pun selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman agar kondisi peserta didik siap mengikuti segala perubahan di masa yang akan datang. Begitu pula dengan seorang guru harus mampu mengembangkan potensinya agar mampu relevan dengan tujuan pendidikan yang seutuhnya. Tidak dapat dipungkiri hal ini tentu tidak mudah sebab banyak hal yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan yang ideal. 

    Kualitas pendidikan bukan saja didorong oleh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Mencapai tujuan pendidikan pun dipengaruhi oleh kesiapan seorang guru dalam memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran. Selain memahami perbedaan peserta didik, guru pun harus mampu memanfaatkan keadaan sekitar agar pembelajaran lebih bermakna. Sarana dan prasarana yang dimiliki satuan pendidikan tidak akan bermanfaat apabila tidak dikelola dengan baik oleh para guru. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk mengembangkan kemampuan guru agar terus meningkatkan kualitas pendidikan yang ideal. 

    Sejauh ini saya memahami bahwa pengaruh sosial, ekonomi, budaya, dan ekonomi terkadang menjadi sebuah hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan yang ideal. Namun, pengaruh dorongan siswa untuk belajar ternyata dapat pula dipengaruhi oleh dukungan keluarga meskipun bukan dari latar belakang keluarga yang menengah atas. Jika motivasi belajar timbul atas kesadaran diri maka mereka mampu bersinergi untuk mencapai kodrat mereka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai kodrat peserta didik. Hal yang baru saya dapatkan adalah bahwa peran guru sangat berperan penting dalam membimbing dan menuntun mencapai keselamatan dan kebahagiaan peserta didik setinggi-tingginya. Ketika seorang guru mampu memanfaatkan segala kondisi yang ada disekitar agar pembelajaran lebih mudah dimaknai. Hal yang ingin dipelajari lebih lanjut pada mata kuliah perspektif sosiokultural dalam pendidikan ini adalah meluruskan niat saya menjadi guru, lebih termotivasi untuk mengemban amanah membimbing dan menuntun peserta didik, dan mengatasi hambatan yang datang dari faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

    Setelah mempelajari perspektif sosiokultural ini berkaitan dengan mata kuliah lainnya seperti pemahaman peserta didik dan pembelajarannya bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dan harus ditangani sesuai dengan fase perkembangannya. Selain itu, berkaitan denga filosofi pendidikan karena pendidikan ideal tentu akan dapat dicapai apabila guru sebagai tombak utama dapat berkontribusi dengan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman. Adapun dengan mata kuliah, prinsip pengajaran dan asesmen yang efektik adalah peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga pembelajaran yang berdiferensiasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam belajar. Selain itu, menciptakan suasana kelas yang aman, nyaman, dan berpihak pada ekosistem lingkungan peserta didik.






Sabtu, 12 November 2022

Persfektif Sosiokultural - Topik 2. Aksi Nyata

 

    Hal yang saya pikirkan pada topik ini adalah pengaruh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik untuk peserta didik. Selain itu, bagaimana cara menanggulangi pengaruh tersebut saat pembelajaran. Pengaruh SES dan hubungan antara orang tua dan anak yang memengaruhi motivasi belajar anak. Selain itu, Perbedaan interaksi telah dikaitkan dengan faktor budaya seperti status sosial ekonomi dan etnis dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional anak-anak.

    Pada kegiatan topik 2 saya menganalisis buku Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sekola, halaman 125 s.d. 156. Buku tersebut mencerminkan faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang memengaruhi motivasi belajar siswa. Buku tersebut menggambarkan sosok guru yang mampu mengenali kondisi perserta didik sehingga dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

    Hal yang saya pelajari pada topik 2 adalah pembelajaran yang dilakukan dengan sepenuh hati akan mampu mendobrak hal yang diupayakan. Itulah yang dilakukan oleh seorang guru pada cerita yang didiskusikan yang mampu mengubah pandangan peserta didik dan orang di sekitarnya untuk perubahan yang lebih baik. Bukan hal mudah untuk bisa mengatasi berbagai kendala yang disebabkan oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal itu dapat mengembangkan motivasi diri untuk lebih memaknai proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh status ekonomi sosial, pendidikan orang tua, dan hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak. 

Pengaruh hubungan orang tua dengan kemampuan motivasi belajar siswa. Selain itu, pengaruh status ekonomi sosial seseoranga pun dapat memengaruhi ke pada pola asuh terhadap anak. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik akan berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru sebab tidak mudah untuk dipahami agar pembelajaran dapat berdiferensiasi.

Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sebagai guru harus bisa mengetahui foktor yang menyebabkan hambatan dalam pembelajaran sehingga dapat terlaksana sesuai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian meski terdapat perbedaan status ekonomi, pola pengasuhan, dan CHAT siswa tetap dapat memiliki motivasi belajar yang sama. Kaitannya dengan mata kuliah lain contohnya dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya. Pembelajaran bersama siswa sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangan dan emosinya. Selain itu, dalam filosofi pendidikan kaitannya dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan adalah menuaikan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sebagai instrumen unsur peradaban. Selain itu, Mendalami dan memahami berbagai faktor yang dapat memengaruhi motivasi siswa.

Sebagai guru kelak harus memahami berbagai faktor yang melatarbelakangi siswa sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi mereka. Selain itu, saya pun belajar bahwa segala hambatan bisa teratasi asal kita memahami kondisi siswa. Sampai saat ini saya merasa skala kesiapan saya baru mencapai 6,5. Alasannya sebab saya merasa banyak hal yang masih harus saya pelajari agar kelak sebagai bekal mengajar. Selain itu, ternyata mengajar bukan hanya mentransfer ilmu dari guru ke siswa sebab mendidik dan mengajar memiliki peran yang lebih luas. Sebagai guru sebaiknya dapat menuntun siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai kodrat hal ini di kemukakan oleh KHD. 

    Semangat para pejuang pendidikan membuat saya akan terus belajar salah satunya mengenai perspektif sosiokultural dalam pendidikan sebab siswa adalah manusia yang sudah memiliki kodratnya. Dengan kata lain, mereka bukan dibentuk sesuai keinginan guru melainkan menuntun segala potensi, minat, dan bakat siswa. 



 


Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Pendidikan yang Ideal?

 Pendidikan yang Ideal

Menurut KKBI arti dari pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut  Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan pesemaian benih-benih kebudayaan yang ada dalam masyarakat sebagai instrumen unsur sebuah peradaban. Maka dari itu, pendidikan dan pendidik harus menuntun sesuai kodrat zaman dan kodrat alam mereka sebagai siswa. Tentu hal itu tidak mudah sebab seorang pendidik pun harus mampu relevan dengan sebuah perkembangan zaman. Hal itu dilakukan agar pendidikan bukan sekadar nilai di atas kertas atau hanya mencetak nama-nama mereka di selembar ijazah. Lebih dari itu, peran pendidikan sepatutnya mampu menjadi wadah pengembangan dan pemberdayaan minat dan bakat siswa sehingga mencetak siswa yang mampu menghadapi berbagai rintangan yang kelak akan dihadapinya.

Siswa bukan manusia seperti selembar kertas yang harus digambar oleh orang dewasa. Mereka sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing hanya saja untuk menebalkan hal tersebut mereka butuh bimbingan dan tuntunan hingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, bimbinglah mereka dengan cara yang sesuai tuntunan zaman dan tuntunan alamnya sendiri. Jadi, tentu akan berbeda mengajari siswa pada tahun 80-an dengan siswa masa kini. Bayangkan jika siswa masih diajarkan dengan cara yang sama dengan masa lampau, maka tidak akan relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Jika ada hal yang di contoh dari budaya asing, maka kita harus tetap menyaring sesuai dengan budaya dan sosial yang kita miliki. Selain itu, pendidikan juga bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar sebab mereka memiliki kekhasannya tersendiri. 

Pendidikan yang ideal tidak mengekang siswa sehingga mereka dapat bebas menggali potensi dan bakat yang dimiliki asal tetap dalam tuntunan dan bimbingan seorang guru. Mengapa demikian? Sebab sehebat apapun teknologi, peran guru tetap dibutuhkan dalam pendidikan. Pendidikan yang ideal mampu menjadikan siswa lebih beradab dan terampil menghadapi tantangan-tantangan yang kelak akan mereka hadapi. Siswa yang dapat memaknai pembelajaran tentu akan membantunya siap hidup di tengah masyarakat yang sesungguhnya. Selain itu, memahami kondisi dirinya sehingga mereka tahu apa yang harus mereka capai dalam hidupnya.

Pendidikan yang ideal akan memberikan dampak positif pada peserta didik. Peran guru sangat berpengaruh terhadap pengembangan potensi yang dimiliki mereka. Hal ini tentu akan berjalan seirama jika pendidikan relevan dengan perkembangan zaman sehingga sebagai guru patutlah seorang guru menguasai berbagai keterampilan yang menggunakan teknologi. Oleh karena menarik peserta didik ke masa guru tersebut tapi seharusnya guru yang mampu relevan dengan perkembangan zaman. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran. 

Di Indonesia tentu belum bisa semua sekolah memiliki pendidikan ideal. Berbagai faktor yang melatar belakangi pendidikan di Indonesia terkadang menjadi hambatan agar mencapai pendidikan yang ideal. Apabila peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sesuai kodrat mereka berarti pendidikan dapat dikatakan sudah ideal. Selain itu, ketika motivasi belajar anak sangat baik meski dengan latar belakang yang kurang baik, namun mereka dapat merasakan hasil dari pendidikan. Menurut saya saat peserta didik mampu merasakan kegembiraan ketika mempelajari suatu hal, menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mengasah kemampuan tanpa perlu dipaksakan oleh orang lain maka hal itu merupakan hasil dari pendidikan yang ideal. Hal ini sejalan dengan harapan Ki Hajar Dewantara, yang mengharapkan peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam mereka. Semoga kelak pendidikan di Indonesia mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. 

Pendidikan ideal pun tidak hanya hadir di satuan pendidikan bahkan seharusnya pendidikan yang ideal terlahir dari sebuah keluar terlebih dahulu. Menciptakan suasana keluarga yang ideal seperti hubungan orang tua dan anak atau anak dan anak lainnya sehingga akan terjalin kesinambungan dan keharmonisan antara pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. 


                                                                https://smpnegeri1boyolangu.wordpress.com/2017/03/25/murid-gembira-guru-bahagia/

 

 

 


Filosofi Pendidikan- Topik 2 Aksi Nyata

Guru adalah tombak utama dalam pendidikan sebab secanggih apapun kemajuan zaman, tetap peran guru akan dibutuhkan. Hal itu sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), menekankan peran penting seorang guru dalam pendidikan. Setelah mempelajari topik 1 dan 2 dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan saya semakin termotivasi untuk terus membersamai siswa agar kelak turut andil untuk unsur peradaban baru. Selama ini mungkin sebagian dari kita pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga tidak banyak potensi, minat, dan bakat siswa yang tergali. Oleh karena itu, penting sekali memahami pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntunan zaman dan alamnya sendiri. Maka dari itu, pendidik pun harus relevan dengan perkembangan zaman sehingga dapat berkontribusi pada kehidupan siswa. Hal itu dianggap lebih masuk akal sebab mereka akan hidup di masa depan maka bekali hal-hal yang akan mereka temui nantinya. Seperti yang kita tahu, perkembangan zaman begitu pesat dan serba cepat. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat diperlukan agar potensi, bakat, dan minatnya kelak akan membawanya pada keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Anak sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing, namun masih samar-samar. Pendidikan menjadi salah satu untuk menebalkan kodrat yang mereka miliki. Siswa bukan sekadar kertas putih yang harus digambar oleh orang dewasa sebab mereka hanya butuh menemukan dan mengembangkan potensi, bakat, dan minatnya. Dengan demikian, guru menjadi salah satu peran penting untuk menuntun siswa agar mencapai kodratnya masing-masing. Maka dari itu, guru berupaya untuk menuntun siswa sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam sehingga mereka akan mampu menumbuhkan unsur peradaban. 

Dengan demikian, diperlukannya budi pekerti yang baik agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Budi pekerti ini saling berkaitan antara cipta (kognitif), karsa (afektif), dan menumbuhkan karya (psikomotorik). Pemahaman siswa yaitu kognitif akan berdampak terhadap sikapnya yaitu afektif sehingga dia akan melaksanakan sesuai yang dipahaminya yaitu psikomotorik. Contohnya jika anak memahami bahwa mencuri ada tindakan yang tidak baik, maka dia tidak akan melakukan hal tersebut. Bahkan ketika dia melihat hal itu dilakukan oleh orang lain maka dirinya pun menentang hal tersebut. Oleh sebab itu, perlu sekali menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang sesuai dengan kebudayaan hidup dalam masyarakat.


Selama Observasi dan Asistensi Mengajar pada PPL 1 di sekolah, saya melihat begitu beragam karakter siswa di setiap kelasnya. Guru pamong memahami kondisi kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Contohnya apabila diintruksikan untuk bertanya namun belum ada yang berani menunjukkan diri, maka guru sudah mengetahui siswa yang kiranya mampu menjawab. Setelah itu, siswa lain tanpa ditunjuk mulai berani untuk menjawab atau menyampaikan pendapatnya. Selain itu, pembelajaran di kelas pun berpusat pada siswa, hal ini tampak ketika di kelas siswa dilibatkan langsung untuk pemahaman materi saat itu. Siswa diberikan keleluasaan untuk menggali informasi dari berbagai sumber. Guru pamong pun memanfaatkan kecanggihan teknologi sehingga membantu pembelajaran lebih efektif dan efisien. Contohnya, guru sudah menyiapkan salindia, pengumpulan tugas melalui google classroom, dan contoh-contoh konkret dari berbagai sumber. Meskipun di sekolah belum menggunakan kurikulum merdeka, namun di sana sudah menerapkan beberapa prinsip profil pelajar Pancasila.Misalnya kegiatan tadarus sebelum memulai pelajaran dan salat duha  bersama di lapangan setiap Jumat. Selain itu, setiap pagi sisiwa disambut oleh guru atau disebut morning greeting untuk membiasakan 5 S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun). Lalu prinsip lainnya dilakukan dan diterapkan ketika pembelajaran berlangsung. Semoga kelak saya dapat menjadi salah satu berkontribusi dalam pendidikan sesuai pemikiran-pemikiran KHD dengan harapan siswa mendapat keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai dengan kodratnya.






Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4

Pendidikan sebagai salah satu tempat untuk menyemaikan benih-benih kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat sebagai instrumen peradaban bar...