ditaar
Minggu, 11 Desember 2022
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4
Jumat, 25 November 2022
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Aksi Nyata Topik 3
Refleksi Diri Topik 3
Dita A. R.
PPG Prajabatan 2022
Rumpun Bahasa (Bahasa Indonesia)
Setelah mempelajari konsep pada pembelajaran topik tiga perspektif sosiokultural,saya menyadari bahwa peserta didik memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda. Hal tersebut akan berdampak pula pada motivasi siswa ketika belajar. Untuk itu guru sudah sepatutnya memahami perbedaan tersebut agar setiap pembelajaran peserta didik mampu mencapai pemahaman yang sama dengan cara yang disesuaikan dengan karakteristik mereka. Meskipun menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa kesuksesan belajar peserta didik ditentukan oleh faktor status ekonomi dan latar belakang pendidikan orang tua mereka. Namun, hal itu tidak selalu benar karena banyak contoh keberhasilan seseorang dengan latar belakang status ekonomi dan pendidikan orang tua yang biasa saja.
Setelah mempelajari topik tiga saya pun semakin mengetahui bahwa kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik setiap peserta didik berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan jika dibangun dengan sebuah tujuan yang sama akan menunju pada pendidikan yang ideal. Selain itu, pada topik ini, saya mempelajari pula keberagaman dari berbagai contoh sekolah yang dipaparkan oleh rekan-rekan. Perbedaan dan persamaan ini tentu dipengaruhi oleh berbedanya faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Akan tetapi, sebagus apapun sarana dan prasarana yang dimiliki namun tidak adanya seorang guru yang mumpuni maka pendidikan kiranya akan kian tertinggal. Oleh karena itu, pemerintah harus terus terlibat untuk memberantas kesenjangan yang ada di Indonesia sehingga peserta didik mendapatkan kesetaraan dan hak yang sama dalam belajar.
Sabtu, 12 November 2022
Persfektif Sosiokultural - Topik 2. Aksi Nyata
Hal yang saya pikirkan pada topik ini adalah pengaruh faktor sosial,
budaya, ekonomi, dan politik untuk peserta didik. Selain itu, bagaimana cara
menanggulangi pengaruh tersebut saat pembelajaran. Pengaruh SES dan hubungan antara orang tua dan anak yang memengaruhi
motivasi belajar anak. Selain itu, Perbedaan interaksi telah dikaitkan dengan faktor
budaya seperti status sosial ekonomi dan etnis dalam kaitannya dengan
perkembangan intelektual dan sosioemosional anak-anak.
Pada kegiatan topik 2 saya menganalisis buku Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sekola, halaman 125 s.d. 156. Buku tersebut mencerminkan faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang memengaruhi motivasi belajar siswa. Buku tersebut menggambarkan sosok guru yang mampu mengenali kondisi perserta didik sehingga dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
Hal yang saya pelajari pada topik 2 adalah pembelajaran yang dilakukan dengan sepenuh hati akan mampu mendobrak hal yang diupayakan. Itulah yang dilakukan oleh seorang guru pada cerita yang didiskusikan yang mampu mengubah pandangan peserta didik dan orang di sekitarnya untuk perubahan yang lebih baik. Bukan hal mudah untuk bisa mengatasi berbagai kendala yang disebabkan oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal itu dapat mengembangkan motivasi diri untuk lebih memaknai proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh status ekonomi sosial, pendidikan orang tua, dan hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak.
Pengaruh hubungan orang tua dengan
kemampuan motivasi belajar siswa. Selain itu, pengaruh status ekonomi sosial seseoranga
pun dapat memengaruhi ke pada pola asuh terhadap anak. Faktor sosial, ekonomi,
budaya, dan politik akan berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Oleh karena
itu, faktor-faktor tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru
sebab tidak mudah untuk dipahami agar pembelajaran dapat berdiferensiasi.
Keberhasilan pendidikan dapat
dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sebagai guru
harus bisa mengetahui foktor yang menyebabkan hambatan dalam pembelajaran
sehingga dapat terlaksana sesuai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian meski
terdapat perbedaan status ekonomi, pola pengasuhan, dan CHAT siswa tetap dapat
memiliki motivasi belajar yang sama. Kaitannya dengan mata kuliah lain
contohnya dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya. Pembelajaran
bersama siswa sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangan dan emosinya.
Selain itu, dalam filosofi pendidikan kaitannya dengan pemikiran KHD bahwa
pendidikan adalah menuaikan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat
sebagai instrumen unsur peradaban. Selain itu, Mendalami dan memahami berbagai
faktor yang dapat memengaruhi motivasi siswa.
Sebagai guru kelak harus memahami
berbagai faktor yang melatarbelakangi siswa sehingga pembelajaran dapat
bermakna bagi mereka. Selain itu, saya pun belajar bahwa segala hambatan bisa
teratasi asal kita memahami kondisi siswa. Sampai saat ini saya merasa
skala kesiapan saya baru mencapai 6,5. Alasannya sebab saya merasa banyak hal
yang masih harus saya pelajari agar kelak sebagai bekal mengajar. Selain itu,
ternyata mengajar bukan hanya mentransfer ilmu dari guru ke siswa sebab
mendidik dan mengajar memiliki peran yang lebih luas. Sebagai guru sebaiknya
dapat menuntun siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai
kodrat hal ini di kemukakan oleh KHD.
Semangat para pejuang pendidikan membuat
saya akan terus belajar salah satunya mengenai perspektif sosiokultural dalam
pendidikan sebab siswa adalah manusia yang sudah memiliki kodratnya. Dengan
kata lain, mereka bukan dibentuk sesuai keinginan guru melainkan menuntun
segala potensi, minat, dan bakat siswa.
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Pendidikan yang Ideal?
Pendidikan yang Ideal
Menurut KKBI arti dari
pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan pesemaian benih-benih kebudayaan
yang ada dalam masyarakat sebagai instrumen unsur sebuah peradaban. Maka dari
itu, pendidikan dan pendidik harus menuntun sesuai kodrat zaman dan kodrat alam
mereka sebagai siswa. Tentu hal itu tidak mudah sebab seorang pendidik pun
harus mampu relevan dengan sebuah perkembangan zaman. Hal itu dilakukan agar
pendidikan bukan sekadar nilai di atas kertas atau hanya mencetak nama-nama
mereka di selembar ijazah. Lebih dari itu, peran pendidikan sepatutnya mampu
menjadi wadah pengembangan dan pemberdayaan minat dan bakat siswa sehingga
mencetak siswa yang mampu menghadapi berbagai rintangan yang kelak akan
dihadapinya.
Siswa bukan manusia
seperti selembar kertas yang harus digambar oleh orang dewasa. Mereka
sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing hanya saja
untuk menebalkan hal tersebut mereka butuh bimbingan dan tuntunan hingga
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu,
bimbinglah mereka dengan cara yang sesuai tuntunan zaman dan tuntunan alamnya sendiri.
Jadi, tentu akan berbeda mengajari siswa pada tahun 80-an dengan siswa masa
kini. Bayangkan jika siswa masih diajarkan dengan cara yang sama dengan masa
lampau, maka tidak akan relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Jika ada
hal yang di contoh dari budaya asing, maka kita harus tetap menyaring sesuai
dengan budaya dan sosial yang kita miliki. Selain itu, pendidikan juga bisa
disesuaikan dengan lingkungan sekitar sebab mereka memiliki kekhasannya
tersendiri.
Pendidikan yang ideal
tidak mengekang siswa sehingga mereka dapat bebas menggali potensi dan bakat
yang dimiliki asal tetap dalam tuntunan dan bimbingan seorang guru. Mengapa
demikian? Sebab sehebat apapun teknologi, peran guru tetap dibutuhkan dalam
pendidikan. Pendidikan yang ideal mampu menjadikan siswa lebih beradab dan
terampil menghadapi tantangan-tantangan yang kelak akan mereka hadapi. Siswa
yang dapat memaknai pembelajaran tentu akan membantunya siap hidup di tengah
masyarakat yang sesungguhnya. Selain itu, memahami kondisi dirinya sehingga
mereka tahu apa yang harus mereka capai dalam hidupnya.
Pendidikan yang ideal akan
memberikan dampak positif pada peserta didik. Peran guru sangat berpengaruh
terhadap pengembangan potensi yang dimiliki mereka. Hal ini tentu akan berjalan
seirama jika pendidikan relevan dengan perkembangan zaman sehingga sebagai guru
patutlah seorang guru menguasai berbagai keterampilan yang menggunakan
teknologi. Oleh karena menarik peserta didik ke masa guru tersebut tapi
seharusnya guru yang mampu relevan dengan perkembangan zaman. Guru dapat lebih
kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
Di Indonesia tentu belum bisa semua sekolah memiliki pendidikan ideal. Berbagai faktor yang melatar belakangi pendidikan di Indonesia terkadang menjadi hambatan agar mencapai pendidikan yang ideal. Apabila peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sesuai kodrat mereka berarti pendidikan dapat dikatakan sudah ideal. Selain itu, ketika motivasi belajar anak sangat baik meski dengan latar belakang yang kurang baik, namun mereka dapat merasakan hasil dari pendidikan. Menurut saya saat peserta didik mampu merasakan kegembiraan ketika mempelajari suatu hal, menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mengasah kemampuan tanpa perlu dipaksakan oleh orang lain maka hal itu merupakan hasil dari pendidikan yang ideal. Hal ini sejalan dengan harapan Ki Hajar Dewantara, yang mengharapkan peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam mereka. Semoga kelak pendidikan di Indonesia mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi peserta didik.
Pendidikan ideal pun tidak hanya hadir di satuan pendidikan bahkan seharusnya pendidikan yang ideal terlahir dari sebuah keluar terlebih dahulu. Menciptakan suasana keluarga yang ideal seperti hubungan orang tua dan anak atau anak dan anak lainnya sehingga akan terjalin kesinambungan dan keharmonisan antara pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah.
https://smpnegeri1boyolangu.wordpress.com/2017/03/25/murid-gembira-guru-bahagia/
Filosofi Pendidikan- Topik 2 Aksi Nyata
Guru adalah tombak utama dalam pendidikan sebab secanggih apapun kemajuan zaman, tetap peran guru akan dibutuhkan. Hal itu sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), menekankan peran penting seorang guru dalam pendidikan. Setelah mempelajari topik 1 dan 2 dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan saya semakin termotivasi untuk terus membersamai siswa agar kelak turut andil untuk unsur peradaban baru. Selama ini mungkin sebagian dari kita pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga tidak banyak potensi, minat, dan bakat siswa yang tergali. Oleh karena itu, penting sekali memahami pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntunan zaman dan alamnya sendiri. Maka dari itu, pendidik pun harus relevan dengan perkembangan zaman sehingga dapat berkontribusi pada kehidupan siswa. Hal itu dianggap lebih masuk akal sebab mereka akan hidup di masa depan maka bekali hal-hal yang akan mereka temui nantinya. Seperti yang kita tahu, perkembangan zaman begitu pesat dan serba cepat. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat diperlukan agar potensi, bakat, dan minatnya kelak akan membawanya pada keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Anak sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing, namun masih samar-samar. Pendidikan menjadi salah satu untuk menebalkan kodrat yang mereka miliki. Siswa bukan sekadar kertas putih yang harus digambar oleh orang dewasa sebab mereka hanya butuh menemukan dan mengembangkan potensi, bakat, dan minatnya. Dengan demikian, guru menjadi salah satu peran penting untuk menuntun siswa agar mencapai kodratnya masing-masing. Maka dari itu, guru berupaya untuk menuntun siswa sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam sehingga mereka akan mampu menumbuhkan unsur peradaban.
Dengan demikian, diperlukannya budi pekerti yang baik agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Budi pekerti ini saling berkaitan antara cipta (kognitif), karsa (afektif), dan menumbuhkan karya (psikomotorik). Pemahaman siswa yaitu kognitif akan berdampak terhadap sikapnya yaitu afektif sehingga dia akan melaksanakan sesuai yang dipahaminya yaitu psikomotorik. Contohnya jika anak memahami bahwa mencuri ada tindakan yang tidak baik, maka dia tidak akan melakukan hal tersebut. Bahkan ketika dia melihat hal itu dilakukan oleh orang lain maka dirinya pun menentang hal tersebut. Oleh sebab itu, perlu sekali menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang sesuai dengan kebudayaan hidup dalam masyarakat.
Selama Observasi dan Asistensi Mengajar pada PPL 1 di sekolah, saya melihat begitu beragam karakter siswa di setiap kelasnya. Guru pamong memahami kondisi kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Contohnya apabila diintruksikan untuk bertanya namun belum ada yang berani menunjukkan diri, maka guru sudah mengetahui siswa yang kiranya mampu menjawab. Setelah itu, siswa lain tanpa ditunjuk mulai berani untuk menjawab atau menyampaikan pendapatnya. Selain itu, pembelajaran di kelas pun berpusat pada siswa, hal ini tampak ketika di kelas siswa dilibatkan langsung untuk pemahaman materi saat itu. Siswa diberikan keleluasaan untuk menggali informasi dari berbagai sumber. Guru pamong pun memanfaatkan kecanggihan teknologi sehingga membantu pembelajaran lebih efektif dan efisien. Contohnya, guru sudah menyiapkan salindia, pengumpulan tugas melalui google classroom, dan contoh-contoh konkret dari berbagai sumber. Meskipun di sekolah belum menggunakan kurikulum merdeka, namun di sana sudah menerapkan beberapa prinsip profil pelajar Pancasila.Misalnya kegiatan tadarus sebelum memulai pelajaran dan salat duha bersama di lapangan setiap Jumat. Selain itu, setiap pagi sisiwa disambut oleh guru atau disebut morning greeting untuk membiasakan 5 S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun). Lalu prinsip lainnya dilakukan dan diterapkan ketika pembelajaran berlangsung. Semoga kelak saya dapat menjadi salah satu berkontribusi dalam pendidikan sesuai pemikiran-pemikiran KHD dengan harapan siswa mendapat keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai dengan kodratnya.
Minggu, 16 Oktober 2022
Filosofi Pendidikan- topik 1 Aksi Nyata
Tumbuhlah
Tunas-tunas Bangsa
Pendidikan di Indonesia mengalami
perjuangan yang begitu sulit. Perjalanannya sungguh tidak mudah sebab bangsa
ini pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tidak bisa mengenyam pendidikan
seperti sekarang ini. Bersyukurlah akhirnya perjuangan pahlawan untuk
memerdekakan pendidikan bisa kita rasakan sekarang, tapi tidak cukup sampai di
sini, pendidikan pun tidak melulu bisa dijadikan wadah mengembangkan potensi
yang ada pada siswa. Sering kali siswa hanya terbebani dan tidak bisa mencari
jati dirinya. Selain itu, pendidikan pun sebagai tombak utama untuk memajukan
bangsa. Harapan tentu ada, tinggal merealisasikan pemikiran-pemikiran para
pahlawan pendidikan kala itu.
Pendidikan yang baik seharusnya
berorientasi pada siswa berdasarkan landasan psikologis dan sosiologis agar
pembelajaran mencapai tujuan. Pembelajaran pun bisa dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Jangan sampai pembelajaran hanya menjadi sebuah
beban dalam hidupnya. Jika pembelajaran bermakna, besar kemungkinan mereka akan
lebih termotivasi dalam belajar. Kita boleh saja mengadaptasi pembelajaran dari
luar, akan tetapi tidak boleh diterima begitu saja apalagi jika sampai
melupakan kekayaan budaya yang dimiliki.
Guru berperan penting dalam
perkembangan pendidikan sehingga harus bisa relevan dengan perkembangan zaman. Tidak
perlu mereka didik sepeti pada zaman kita. Maka didiklah anak-anak kita sesuai
tuntunan alam dan perkembangan zamannya. Dengan demikian pendidikan akan terus
bertumbuh seusai perkembangan zaman. Guru
tidak perlu khawatir justru harus membiasakan diri dengan segala perubahan. Selain
itu, guru pun bertugas sebagai among yang mendampingi mereka menemukan dan
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Lalu jika mereka bisa merdeka dalam
belajar, maka kehidupan mereka pun akan mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Perjuangan
pendidikan di Indonesia tidaklah mudah. Tanpa perjuangan tokoh-tokoh pendidikan
mungkin kita tidak bisa merasakan kebaikan dari pendidikan. Walaupun pada kenyataannya
masih banyak bangsa Indonesia yang belum merasakan pendidikan. Padahal menurut
Ki Hajar Dewantara, pendidikan menaburkan benih-benih kebudayaan yang ada pada
masyarakat sebagai instrumen peradaban. Apabila pendidikan tidak diperjuangkan,
maka negeri ini pasti kian terpuruk. Oleh karena itu, guru sebagai tombak utama
dalam sebuah pendidikan akan memberi peranan yang dapat membimbing siswa untuk
menjadi seseorang yang memaknai pentingnya pendidikan untuk kehidupan.
Perjuangan Ki Hajar Dewantara tentu
tidaklah mudah sehingga semangat juang untuk pendidikan harus kita lanjutkan. Pada
masa itu Ki Hajar mendirikan Taman Siswa yang memiliki prinsip; Ing Ngarsa Sung
Tulada (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi
semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan). Prinsip inilah
yang harus dipegang teguh oleh seorang guru guna memberikan pembelajaran yang
bermakna. Jika pendidikan di Indonesia dapat berkembang maka tidak menutup
kemungkinan kita akan menjadi bangsa merdeka yang sebenarnya.
Selain Ki Hajar, ada tokoh lain yang
memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Tokoh ini menyuarakan hal-hal yang
berkaitan dengan hak perempuan di Indonesia kala masa penjajahan. Dia adalah R.A
Kartini, pejuang wanita untuk menggapai kebebasan dalam pendidikan. Gadis-gadis
Indonesia saat itu masih terikat oleh adat istiadat lama dan hanya sedikit
memperoleh kebahagiaan dari kemajuan pengajaran. Kala itu, hanya untuk keluar rumah dan
mendapat pelajaran di sekolah dianggap melanggar adat istiadat. Mereka pun
tidak boleh keluar rumah jika tidak didampingi suami.
Pada masa penjajahan perempuan
cenderung berada di wilayah domestik bahkan hanya disebut perabot dapur. Awalnya
perempuan hanya diberi pendidikan perihal rumah tangga. Atas dasar keresahan
inilah Kartini mulai menggagas ide-idenya untuk memperjuangkan pendidikan di
Indonesia. Tujuan utama untuk perjuangan ini bukan untuk menyaingi laki-laki
justru dengan adanya pendidikan untuk perempuan, diharapkan membantu memberikan
kontribusi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kartini merasa bahwa perempuan
pun memiliki andil besar dalam peradaban dan kemajuan bangsa. Pada tahun 1903,
Kartini mendirikan sekolah di Jepara. Lalu materi yang diajarkan adalah
membaca, menulis, menghitung, pendidikan budi pekerti, dan keterampilan.
Pada tahun 1911 buku
tentang harapan dan keresahan Kartini akan situasi pendidikan perempuan yang
tidak setara dengan laki-laki di terbitkan oleh J.H. Abendanun dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang ( Door
Duisternis Tot Light). Buku itu diterbitkan setelah beliau wafat. Lalu pada
tahun berikutnya, sekolah Kartini dibuka kembali bahkan tersebar di berbagai
daerah. Hasil perjuangannya itu, dapat kita rasakan hingga detik ini. Perempuan
dapat kesetaraan dalam hak pendidikan, membuka lebar kesempatan perempuan untuk
berkarir dan berkarya, dan membangkitkan kualitas hidup perempuan di Indonesia.
Selain dua tokoh yang sudah dibahas, ada tokoh lain yang memili semangat memperjuangkan pendidikan Indonesia yaitu Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi. Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA. Wahidin sebelumnya bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara
nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA untuk membahas berdirinya organisasi
yang bersifat nasional. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu
lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”.
Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar
merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang
semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk
masyarakat Tanah Air seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan,
jenis kelamin, dan juga agama.
Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo sebab menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik.Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan. “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin. Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang.
Semoga kita sebagai tunas-tunas bangsa dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat untuk benar-benar merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Selain itu, pendidikan diharapkan menjadi tempat untuk menumbuhkan peradaban masyarakat di Indoensia. Semangat juang mereka perlu kita lanjutkan untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Perubahan dapat diraih dengan pendidikan. Maka dari itu, pendidikan harus relevan dengan perkembangan zaman agar mampu maju lebih baik.
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Topik 1. Aksi Nyata
Refleksi Diri
Perspektif Sosio Kultural dalam
Pendidikan- Topik 1
Setelah beberapa hari saya mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan ini banyak
hal-hal baru yang memberikan motivasi agar saya sebagai calon mampu
berkontribusi dan peduli terhadap pendidikan. Selain itu, selama perkuliahan
banyak pengalaman mereka sebagai contoh hal itu tentu memberi pandangan yang
lebih luas lagi agar kami menjadi guru yang profesional. Selain itu, bertemu
dengan teman baru menjadi hal yang menyenangkan pula.
Setelah mempelajari Perspektif Sosio
Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai
faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari
segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan
satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan
maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun
sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan
pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh
dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah
salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah
wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya,
sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar
senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa.
Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1
Setelah mempelajari Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya, sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa.
Pada topik 1 perspektif sosiokultural mempelajari tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik terhadap perkembangan pendidikan. Faktor-faktor itu saling berkaitan sehingga apabila salah satu dari faktor itu tidak mendukung maka ketercapaian pendidikan pun akan berkurang. Dengan begitu perlunya kerja sama antar pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat lingkungan sekitar. Diharapkan dengan adanya kesinambungan antarfaktor tersebut, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai secara optimal.
Mulai Dari Diri
Apa yang Anda pikirkan tentang
topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?
Salah satu mata kuliah
yang terdapat di program PPG Prajabatan ini adalah perspektif sosiokultural
dalam pendidikan. Mata kuliah ini memahami berbagai faktor yang
melatarbelakangi kondisi pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor itu adalah
sosial, budaya, ekonomi, dan sosial. Awalnya saya hanya meyakini bahwa
pendidikan hanya dipengaruhi sosial dan budaya. Namun, setelah berdiskusi dan
menonton tayangan yang berkaitan dengan pendidikan pandangan saya pun kian
bertambah. Ternyata pendidikan akan berkembang dengan baik jika memilki faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang saling berkaitan.
Eksplorasi Konsep
Apa yang Anda pelajari dari
konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?
Pada topik 1 ini, kami
mengenal jauh tentang pendidikan di Indonesia dan permasalahan yang ada pada
pendidikan. Selain itu, pendidikan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jika
salah satu fakto menjadi penghambat, maka bisa menghambat mencapai tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus dikembangkan oleh faktor tersebut
agar tujuan pendidikan yang akan melahirkan unsur peradaban. Diharapkan guru
pun tetap bisa berkontribusi besar untuk perkembangan pendidikan meski
menemukan hambatan ketika pembelajaran. Selain itu, dengan pengembangan
berbagai kurikulum diharapkan siswa lebih merdeka dalam belajar dan mampu
relevan dengan perkembangan zaman.
Ruang Kolaborasi
Apa yang Anda pelajari lebih
lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?
Pada tahap ini kami mengamati contoh
pendidikan di 5 desa yang berbeda. Kami menganalisis persaman dan perbedaan
yang memengaruhi pendidikan di desa tersebut berkaitan dengan faktor sosial,
budaya, ekonomi, dan poitik. Melalui video itu pula kami memahami ternyata
pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan setara. Akan tetapi, semangat para
guru dalam mengabdi mencerdaskan anak bangsa begitu menginspirasi. Mereka
sebisa mungkin memberikan pembelajaran yang bermakna untuk siswa meski banyak
keterbasan yang harus mereka jumpai.
Selain itu, semangat para siswa dalam
pendidikan pun patut di contoh. Mereka bahkan begitu menghargai keberadaan para
guru. Siswa-siswa yang belum terpengaruh teknologi ini ternyata memiliki
kercerdasan alam yang belum tentu dimiliki siswa di kota. Siswa di desa-desa
itu bahkan menunjukkan sosial yang tinggi sebab setiap hari mereka masih asik
dengan permainan tradisional. Budaya di masyarakatnya pun masih kental terlihat
di mana anak-anak terbiasa untuk menari, menyanyi, monolog lucu, dan membuat
batik.
Demonstrasi Kontekstual
Apa hal penting yang Anda
pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok
(bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?
Tentu ini memberikan motivasi lebih agar
kami mendidik dan mengajar dengan hati. Dengan begitu pembelajaran bisa
tercapai sesuai tujuan pendidikan. Pendidikan adalah benih-benih kebudayaan
yang hidup dalam masyarakat sekaligus instrumen tumbuhnya peradaban. Maka dari
itu, penting sekali untuk kita sama-sama membangun pendidikan yang lebih
merdeka.
Elaborasi Pemahaman
-
Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?
-
Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal
sebelum pembelajaran dimulai ?
-
Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Saya
memahami bahwa pendidikan itu harus dibangun oleh berbagai pihak. Selain itu,
faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik harus saling terjalin dengan baik.
Jika faktor tersebut dapat berkontribusi terhadap pendidikan, maka siswa mampu mengikuti
perkembangan zaman dan bersaing secara global. Selain itu, kita sebagai guru
harus mampu menuntun siswa menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Setelah belajar tentang topik 1 ini pula, kita senantiasa menghargai segala
perbedaan budaya, sosial, dan ekonomi. Sebagai guru sebaiknya selalu merangkul
kepada setiap siswa tanpa perlu melihat latar belakang kondisinya.
Pemahaman
yang berubah yaitu ternyata faktor motivasi siswa tidak hanya didapatkan
melalui faktor sosial. Faktor lain seperti budaya, ekonomi, dan politik pun
turut serta mendukung keberhasilan dan hamabatan terhadap pendidikan. Selain
itu, lebih memahami pentingnya pendidikan sebagai wadah untuk membekali dan
menemukan potensi siswa. Guru bisa menjadi seseorang yang berpengaruh terhadap
kehidupan siswa tentu hal itu tidak mudah. Oleh karena itu, tidak ada kata
menyerah untuk terus berusaha mengembangkan pendidikan di Indonesia.
Ingin
lebih mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik agar jika nanti
menemukan hambatan karena faktor itu kami bisa tetap memberikan pembelajaran
yang bermakna. Selain itu, ingin mengetahui hal apa saja yang bisa menjadi
solusi jika menemukan hambatan itu.
Koneksi Antar Materi
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi
baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Perspektif
Sosiokultural dalam pendidikan dengan materi kuliah lainnya. hal ini bertujuan
agar kami sebagai calon guru mendapatkan wawasan yang luas mengenai pendidikan.
Misalnya dengan mata kuliah filosofi pendidikan, kita sebagai guru harus
memahami arti dari pendidikan dan siswa sebagai objek pembelajaran yang harus
dipahami segala kondisinya. Selain itu, kami pun sebagai pendidik sepatutnya
bisa menembangkan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang diterapkan
dengan tepat. Lalu sebaiknya pendidikan di Indonesia memperhatikan kebutuhan
siswa yang relevan dengan perkembangan zaman. Pada perspektif sosiokultural
berkaitan dengan faktor-faktor yang akan memengaruhi atau menghambat perkembangan
pendidikan. Faktor yang dapat memengaruhi atau menghambat itu adalah faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Setelah
memahami faktor pendukung atau penghambat, guru pun akan lebih memahami peserta
didik dan akan terciptalah pemebelajaran yang aman dan nyaman. Tidak lupa
pemahaman akan paradigma baru yang menekankan pada kepribadian siswa. Paradigma
baru itu berkaitan dengan prinsip profil pemuda pancasila (beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlah mulia, nberkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif). Selain itu, guru lebih merdeka
dalam merancang pembelajaran sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, guru sebaiknya
memiliki visi yang kuat untuk berkontribusi dalam pendidikan.
Aksi Nyata
Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda
sebagai guru?
Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam
skala 1-10? Apa alasannya?
Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut
untuk bisa menerapkannya dengan optimal?
Tentu sangat bermanfaat karena pemebelajaran ini menjadi acuan para guru untuk bisa mengadapo situasi yang memengaruhi atau menghambat terlaksananya pendidikan. Pada pembelajaran ini pula kami memahami bahwa pembelajaran masih bisa tercapai meski terkadang banyak hal yang menjadi hambatan. Meskipun saya sudah pernah mengajar, kesiapan saya untuk menjadi guru profesiaonal adalah skala 5,5 karena ternyata banyak hal yang perlu dikaji agar pembelajaran bisa memberikan arti untuk siswa. Untuk itu saya bersyukur bisa mengikuti PPG Prajabatan. Semoga dengan mengikuti progam PPG Prajaban ini, kami semua bisa menjadi penerus untuk menebarkan benih-benih kebudayaan agar tercipta sebuah peradaban yang baik. Selain itu, meninjau kembali hal-hal yang menjadi hambatan dikala mengajar sehingga tidak akan mengulang kesalahan yang sama.
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4
Pendidikan sebagai salah satu tempat untuk menyemaikan benih-benih kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat sebagai instrumen peradaban bar...
-
Refleksi Diri Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1 Setelah beberapa hari saya mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan...
-
Guru adalah tombak utama dalam pendidikan sebab secanggih apapun kemajuan zaman, tetap peran guru akan dibutuhkan. Hal itu sejalan dengan pe...