Minggu, 11 Desember 2022

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4

Pendidikan sebagai salah satu tempat untuk menyemaikan benih-benih kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat sebagai instrumen peradaban baru. Maka, pendidikan dirancang sedemikian rupa agar tercapai tujuan tersebut. Banyak cara untuk mengupayakan hal itu salah satunya guru sebagai fasilitator mampu membimbing dan menuntun peserta didik sesuai karakteristiknya. Pembelajaran yang dilakukan pun harus berpusat pada peserta didik sehingga mereka lebih memahami dan memaknai pembelajaran yang telah dilakukan. Namun, hal tersebut tidaklah selalu mudah untuk dilakukan karena peserta didik memiliki perbedaan dalam memahami dan memaknai pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu, pentingnya mengenal karakteristik peserta didik agar dapat menuntun dan membimbing sesuai dengan kondisi mereka. Adapun hal yang dapat menyelesaikan problematika tersebut adalah dengan menerapkan scallfolding pada zone of proximal development.

Scalfollding adalah gagasan dari ... Setelah adanya teori Zone of proximal development (ZPD) dari Vygotsky. Teori ini dikembangkan untuk membantu meningkatkan pemahaman peserta didik dalam setiap pembelajaran agar terbiasa mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Bantuan tersebut dapat diberikan oleh guru atau rekan sejawat yang lebih mampu. Tentu hal ini berkaitan dengan kemampuan guru untuk menilai kemampuan peserta didik sehingga dapat diberlakukan sesuai kondisi mereka. Dengan adanya scallfolding, pemahaman peserta didik diharapkan akan meningkat dan terbiasa untuk memecahkan permasalahan secara mandiri.

Implementasi scalfollding ini diterapkan dalam proses pembelajaran. Misalnya ketika pembelajaran, peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru, lalu dia belum mampu menjelaskan maka guru dapat memberi kesempatan pada rekan lainnya. Selain itu, guru dapat menunjuk peserta didik yang kiranya mampu menjawab pertanyaan. Lalu, guru pun dapat mengarahkan peserta didik agar mampu menjawab sesuai petunjuk yang diberikan guru. Peserta didik lain atau rekannya yang mengerti dapat memberikan penjelasan agar peserta didik yang ditanya dapat memahami maksud dari pertanyaan dari guru. Setelah itu, berikan umpan balik bagi peserta didik yang ditanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut sangat diperlukan agar peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajarnya lebih baik. Arahkan pula peserta didik yang lebih memahami materi untuk membantu menjelaskan pada peserta didik yang belum memahami dan memaknai konsep materi yang diajarkan.

Dalam penerapan scalfollding ternyata dapat dilakukan dalam berbagai hal salah satunya pada kegiatan literasi. Kegiatan ini banyak cara untuk meningkatkan kemampuan literasi anak. Salah satu contoh yaitu peserta didik yang dibiasakan untuk membaca sebelum memulai pembelajaran. Setelah itu, beberapa siswa menyampaikan pemahamannya terkait bacaan tersebut. Dalam proses ini dapat membantu peserta didik yang belum memahami bacaan tersebut. Selain itu, guru dapat memberikan pertanyaan sesuai dengan konteks bacaannya.

Setelah mempelajari topik 4 ini saya memahami bahwa ZPD ini merupakan suatu jarak atau jangkauan dalam menyelesaikan tugas atau masalah dengan bantuan orang yang lebih kompeten salah satu yaitu guru, orang tua, ataupun teman sebaya. Hal baru yang saya pelajari dari topik ini yaitu bahwa dalam memberikan bantuan atau bimbingan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih optimal.

Setelah mempelajari topik 4 ternyata terdapat keterkaitan antarmateri dengan mata kuliah lain. Kaitan dengan Filosofi Pendidikan yaitu guru sebagai contoh yang mampu membimbing dan menuntun hendaknya dapat memberikan pembelajaran yang tepat untuk perkembangan kemampuan peserta didik. Lalu kaitan dengan Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya adalah peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda hendaknya memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Kemudian dengan materi Perancangan dan Pengembangan Kurikulum yaitu pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dengan menerapkan kerangka Understand by Design dalam membuat rencana pembelajaran. Adapun dengan materi Proyek Kepemimpinan yaitu guru sebagai pemimpin dalam kelas hendaknya mengetahui hal yang akan dituju dengan rencana pembelajaran yang tepat sehingga peserta didik mampu memahami dan memaknai pembelajaran. 


Setelah mempelajari topik 4, saya memahami bahwa kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika guru memahami kondisi dan karakteristik peserta didik. Dengan begitu peserta didik mendapatkan bantuan / stimulus yang tepat dari guru maupun rekan sejawatnya agar lebih mampu memahami dan memaknai materi pembelajaran. Selain itu, peserta didik pun akan berkembang lebih mandiri setelah diberikan bantuan tersebut. Sikap guru dan rekan sejawatnya pun harus memberikan umpan balik yang positif sehingga peserta didik yang belum memahami tidak malu untuk bertanya atau meminta penjelasan kepada mereka. Skala pemahaman saya terhadap materi ini berkisar 8 karena saya siap untuk menerapkan scalfollding untuk meningkatkan kemampuan pemahaman para peserta didik. Adapun untuk meningkatkan kemampuan saya terhadap teori ini adalah dengan mendalami pemahaman dari berbagai sumber agar penerapan scalfollding dapat digunakan secara efisien dan efektif.








Jumat, 25 November 2022

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Aksi Nyata Topik 3

Refleksi Diri Topik 3

Dita A. R.

PPG Prajabatan 2022   

Rumpun Bahasa (Bahasa Indonesia)

 Setelah mempelajari konsep pada pembelajaran topik tiga perspektif sosiokultural,saya menyadari bahwa peserta didik memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda. Hal tersebut akan berdampak pula pada motivasi siswa ketika belajar. Untuk itu guru sudah sepatutnya memahami perbedaan tersebut agar setiap pembelajaran peserta didik mampu mencapai pemahaman yang sama dengan cara yang disesuaikan dengan karakteristik mereka. Meskipun menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa kesuksesan belajar peserta didik ditentukan oleh faktor status ekonomi dan latar belakang pendidikan orang tua mereka. Namun, hal itu tidak selalu benar karena banyak contoh keberhasilan seseorang dengan latar belakang status ekonomi dan pendidikan orang tua yang biasa saja. 

    Setelah mempelajari topik  tiga saya pun semakin mengetahui bahwa kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik setiap peserta didik berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan jika dibangun dengan sebuah tujuan yang sama akan menunju pada pendidikan yang ideal. Selain itu, pada topik ini, saya mempelajari pula keberagaman dari berbagai contoh sekolah yang dipaparkan oleh rekan-rekan. Perbedaan dan persamaan ini tentu dipengaruhi oleh berbedanya faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Akan tetapi, sebagus apapun sarana dan prasarana yang dimiliki namun tidak adanya seorang guru yang mumpuni maka pendidikan kiranya akan kian tertinggal. Oleh karena itu, pemerintah harus terus terlibat untuk memberantas kesenjangan yang ada di Indonesia sehingga peserta didik mendapatkan kesetaraan dan hak yang sama dalam belajar.


    Saya pun ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana mengajar dengan tetap sepenuh hati meski peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda. Selain itu, saya semakin menyadari bahwa mengajar bukanlah hal yang mudah sebab setiap peserta didik sudah memiliki kodratnya masing-masing. Dengan kata lain, mereka dituntun sesuai dengan kemampuan dan bakatnya bukan karena dibentuk sesuai keinginan orang tua ataupun guru. Peserta didik memiliki karakteristik dan minat yang berbeda sehingga perlu dipahami oleh guru agar pembelajaran dapat dimaknai dengan caranya masing - masing.  

    Tugas guru sebenarnya adalah menuntun dan membimbing kodrat peserta didik sesuai zaman dan alamnya. Pendidikan pun selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman agar kondisi peserta didik siap mengikuti segala perubahan di masa yang akan datang. Begitu pula dengan seorang guru harus mampu mengembangkan potensinya agar mampu relevan dengan tujuan pendidikan yang seutuhnya. Tidak dapat dipungkiri hal ini tentu tidak mudah sebab banyak hal yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan yang ideal. 

    Kualitas pendidikan bukan saja didorong oleh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Mencapai tujuan pendidikan pun dipengaruhi oleh kesiapan seorang guru dalam memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran. Selain memahami perbedaan peserta didik, guru pun harus mampu memanfaatkan keadaan sekitar agar pembelajaran lebih bermakna. Sarana dan prasarana yang dimiliki satuan pendidikan tidak akan bermanfaat apabila tidak dikelola dengan baik oleh para guru. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk mengembangkan kemampuan guru agar terus meningkatkan kualitas pendidikan yang ideal. 

    Sejauh ini saya memahami bahwa pengaruh sosial, ekonomi, budaya, dan ekonomi terkadang menjadi sebuah hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan yang ideal. Namun, pengaruh dorongan siswa untuk belajar ternyata dapat pula dipengaruhi oleh dukungan keluarga meskipun bukan dari latar belakang keluarga yang menengah atas. Jika motivasi belajar timbul atas kesadaran diri maka mereka mampu bersinergi untuk mencapai kodrat mereka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai kodrat peserta didik. Hal yang baru saya dapatkan adalah bahwa peran guru sangat berperan penting dalam membimbing dan menuntun mencapai keselamatan dan kebahagiaan peserta didik setinggi-tingginya. Ketika seorang guru mampu memanfaatkan segala kondisi yang ada disekitar agar pembelajaran lebih mudah dimaknai. Hal yang ingin dipelajari lebih lanjut pada mata kuliah perspektif sosiokultural dalam pendidikan ini adalah meluruskan niat saya menjadi guru, lebih termotivasi untuk mengemban amanah membimbing dan menuntun peserta didik, dan mengatasi hambatan yang datang dari faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

    Setelah mempelajari perspektif sosiokultural ini berkaitan dengan mata kuliah lainnya seperti pemahaman peserta didik dan pembelajarannya bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dan harus ditangani sesuai dengan fase perkembangannya. Selain itu, berkaitan denga filosofi pendidikan karena pendidikan ideal tentu akan dapat dicapai apabila guru sebagai tombak utama dapat berkontribusi dengan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman. Adapun dengan mata kuliah, prinsip pengajaran dan asesmen yang efektik adalah peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga pembelajaran yang berdiferensiasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam belajar. Selain itu, menciptakan suasana kelas yang aman, nyaman, dan berpihak pada ekosistem lingkungan peserta didik.






Sabtu, 12 November 2022

Persfektif Sosiokultural - Topik 2. Aksi Nyata

 

    Hal yang saya pikirkan pada topik ini adalah pengaruh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik untuk peserta didik. Selain itu, bagaimana cara menanggulangi pengaruh tersebut saat pembelajaran. Pengaruh SES dan hubungan antara orang tua dan anak yang memengaruhi motivasi belajar anak. Selain itu, Perbedaan interaksi telah dikaitkan dengan faktor budaya seperti status sosial ekonomi dan etnis dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional anak-anak.

    Pada kegiatan topik 2 saya menganalisis buku Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sekola, halaman 125 s.d. 156. Buku tersebut mencerminkan faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang memengaruhi motivasi belajar siswa. Buku tersebut menggambarkan sosok guru yang mampu mengenali kondisi perserta didik sehingga dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

    Hal yang saya pelajari pada topik 2 adalah pembelajaran yang dilakukan dengan sepenuh hati akan mampu mendobrak hal yang diupayakan. Itulah yang dilakukan oleh seorang guru pada cerita yang didiskusikan yang mampu mengubah pandangan peserta didik dan orang di sekitarnya untuk perubahan yang lebih baik. Bukan hal mudah untuk bisa mengatasi berbagai kendala yang disebabkan oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal itu dapat mengembangkan motivasi diri untuk lebih memaknai proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh status ekonomi sosial, pendidikan orang tua, dan hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak. 

Pengaruh hubungan orang tua dengan kemampuan motivasi belajar siswa. Selain itu, pengaruh status ekonomi sosial seseoranga pun dapat memengaruhi ke pada pola asuh terhadap anak. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik akan berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru sebab tidak mudah untuk dipahami agar pembelajaran dapat berdiferensiasi.

Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sebagai guru harus bisa mengetahui foktor yang menyebabkan hambatan dalam pembelajaran sehingga dapat terlaksana sesuai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian meski terdapat perbedaan status ekonomi, pola pengasuhan, dan CHAT siswa tetap dapat memiliki motivasi belajar yang sama. Kaitannya dengan mata kuliah lain contohnya dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya. Pembelajaran bersama siswa sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangan dan emosinya. Selain itu, dalam filosofi pendidikan kaitannya dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan adalah menuaikan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sebagai instrumen unsur peradaban. Selain itu, Mendalami dan memahami berbagai faktor yang dapat memengaruhi motivasi siswa.

Sebagai guru kelak harus memahami berbagai faktor yang melatarbelakangi siswa sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi mereka. Selain itu, saya pun belajar bahwa segala hambatan bisa teratasi asal kita memahami kondisi siswa. Sampai saat ini saya merasa skala kesiapan saya baru mencapai 6,5. Alasannya sebab saya merasa banyak hal yang masih harus saya pelajari agar kelak sebagai bekal mengajar. Selain itu, ternyata mengajar bukan hanya mentransfer ilmu dari guru ke siswa sebab mendidik dan mengajar memiliki peran yang lebih luas. Sebagai guru sebaiknya dapat menuntun siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai kodrat hal ini di kemukakan oleh KHD. 

    Semangat para pejuang pendidikan membuat saya akan terus belajar salah satunya mengenai perspektif sosiokultural dalam pendidikan sebab siswa adalah manusia yang sudah memiliki kodratnya. Dengan kata lain, mereka bukan dibentuk sesuai keinginan guru melainkan menuntun segala potensi, minat, dan bakat siswa. 



 


Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Pendidikan yang Ideal?

 Pendidikan yang Ideal

Menurut KKBI arti dari pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut  Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan pesemaian benih-benih kebudayaan yang ada dalam masyarakat sebagai instrumen unsur sebuah peradaban. Maka dari itu, pendidikan dan pendidik harus menuntun sesuai kodrat zaman dan kodrat alam mereka sebagai siswa. Tentu hal itu tidak mudah sebab seorang pendidik pun harus mampu relevan dengan sebuah perkembangan zaman. Hal itu dilakukan agar pendidikan bukan sekadar nilai di atas kertas atau hanya mencetak nama-nama mereka di selembar ijazah. Lebih dari itu, peran pendidikan sepatutnya mampu menjadi wadah pengembangan dan pemberdayaan minat dan bakat siswa sehingga mencetak siswa yang mampu menghadapi berbagai rintangan yang kelak akan dihadapinya.

Siswa bukan manusia seperti selembar kertas yang harus digambar oleh orang dewasa. Mereka sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing hanya saja untuk menebalkan hal tersebut mereka butuh bimbingan dan tuntunan hingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, bimbinglah mereka dengan cara yang sesuai tuntunan zaman dan tuntunan alamnya sendiri. Jadi, tentu akan berbeda mengajari siswa pada tahun 80-an dengan siswa masa kini. Bayangkan jika siswa masih diajarkan dengan cara yang sama dengan masa lampau, maka tidak akan relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Jika ada hal yang di contoh dari budaya asing, maka kita harus tetap menyaring sesuai dengan budaya dan sosial yang kita miliki. Selain itu, pendidikan juga bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar sebab mereka memiliki kekhasannya tersendiri. 

Pendidikan yang ideal tidak mengekang siswa sehingga mereka dapat bebas menggali potensi dan bakat yang dimiliki asal tetap dalam tuntunan dan bimbingan seorang guru. Mengapa demikian? Sebab sehebat apapun teknologi, peran guru tetap dibutuhkan dalam pendidikan. Pendidikan yang ideal mampu menjadikan siswa lebih beradab dan terampil menghadapi tantangan-tantangan yang kelak akan mereka hadapi. Siswa yang dapat memaknai pembelajaran tentu akan membantunya siap hidup di tengah masyarakat yang sesungguhnya. Selain itu, memahami kondisi dirinya sehingga mereka tahu apa yang harus mereka capai dalam hidupnya.

Pendidikan yang ideal akan memberikan dampak positif pada peserta didik. Peran guru sangat berpengaruh terhadap pengembangan potensi yang dimiliki mereka. Hal ini tentu akan berjalan seirama jika pendidikan relevan dengan perkembangan zaman sehingga sebagai guru patutlah seorang guru menguasai berbagai keterampilan yang menggunakan teknologi. Oleh karena menarik peserta didik ke masa guru tersebut tapi seharusnya guru yang mampu relevan dengan perkembangan zaman. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran. 

Di Indonesia tentu belum bisa semua sekolah memiliki pendidikan ideal. Berbagai faktor yang melatar belakangi pendidikan di Indonesia terkadang menjadi hambatan agar mencapai pendidikan yang ideal. Apabila peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sesuai kodrat mereka berarti pendidikan dapat dikatakan sudah ideal. Selain itu, ketika motivasi belajar anak sangat baik meski dengan latar belakang yang kurang baik, namun mereka dapat merasakan hasil dari pendidikan. Menurut saya saat peserta didik mampu merasakan kegembiraan ketika mempelajari suatu hal, menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mengasah kemampuan tanpa perlu dipaksakan oleh orang lain maka hal itu merupakan hasil dari pendidikan yang ideal. Hal ini sejalan dengan harapan Ki Hajar Dewantara, yang mengharapkan peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam mereka. Semoga kelak pendidikan di Indonesia mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. 

Pendidikan ideal pun tidak hanya hadir di satuan pendidikan bahkan seharusnya pendidikan yang ideal terlahir dari sebuah keluar terlebih dahulu. Menciptakan suasana keluarga yang ideal seperti hubungan orang tua dan anak atau anak dan anak lainnya sehingga akan terjalin kesinambungan dan keharmonisan antara pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. 


                                                                https://smpnegeri1boyolangu.wordpress.com/2017/03/25/murid-gembira-guru-bahagia/

 

 

 


Filosofi Pendidikan- Topik 2 Aksi Nyata

Guru adalah tombak utama dalam pendidikan sebab secanggih apapun kemajuan zaman, tetap peran guru akan dibutuhkan. Hal itu sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), menekankan peran penting seorang guru dalam pendidikan. Setelah mempelajari topik 1 dan 2 dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan saya semakin termotivasi untuk terus membersamai siswa agar kelak turut andil untuk unsur peradaban baru. Selama ini mungkin sebagian dari kita pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga tidak banyak potensi, minat, dan bakat siswa yang tergali. Oleh karena itu, penting sekali memahami pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntunan zaman dan alamnya sendiri. Maka dari itu, pendidik pun harus relevan dengan perkembangan zaman sehingga dapat berkontribusi pada kehidupan siswa. Hal itu dianggap lebih masuk akal sebab mereka akan hidup di masa depan maka bekali hal-hal yang akan mereka temui nantinya. Seperti yang kita tahu, perkembangan zaman begitu pesat dan serba cepat. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat diperlukan agar potensi, bakat, dan minatnya kelak akan membawanya pada keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Anak sebenarnya sudah memiliki kodratnya (kesadaran diri) masing-masing, namun masih samar-samar. Pendidikan menjadi salah satu untuk menebalkan kodrat yang mereka miliki. Siswa bukan sekadar kertas putih yang harus digambar oleh orang dewasa sebab mereka hanya butuh menemukan dan mengembangkan potensi, bakat, dan minatnya. Dengan demikian, guru menjadi salah satu peran penting untuk menuntun siswa agar mencapai kodratnya masing-masing. Maka dari itu, guru berupaya untuk menuntun siswa sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam sehingga mereka akan mampu menumbuhkan unsur peradaban. 

Dengan demikian, diperlukannya budi pekerti yang baik agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Budi pekerti ini saling berkaitan antara cipta (kognitif), karsa (afektif), dan menumbuhkan karya (psikomotorik). Pemahaman siswa yaitu kognitif akan berdampak terhadap sikapnya yaitu afektif sehingga dia akan melaksanakan sesuai yang dipahaminya yaitu psikomotorik. Contohnya jika anak memahami bahwa mencuri ada tindakan yang tidak baik, maka dia tidak akan melakukan hal tersebut. Bahkan ketika dia melihat hal itu dilakukan oleh orang lain maka dirinya pun menentang hal tersebut. Oleh sebab itu, perlu sekali menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang sesuai dengan kebudayaan hidup dalam masyarakat.


Selama Observasi dan Asistensi Mengajar pada PPL 1 di sekolah, saya melihat begitu beragam karakter siswa di setiap kelasnya. Guru pamong memahami kondisi kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Contohnya apabila diintruksikan untuk bertanya namun belum ada yang berani menunjukkan diri, maka guru sudah mengetahui siswa yang kiranya mampu menjawab. Setelah itu, siswa lain tanpa ditunjuk mulai berani untuk menjawab atau menyampaikan pendapatnya. Selain itu, pembelajaran di kelas pun berpusat pada siswa, hal ini tampak ketika di kelas siswa dilibatkan langsung untuk pemahaman materi saat itu. Siswa diberikan keleluasaan untuk menggali informasi dari berbagai sumber. Guru pamong pun memanfaatkan kecanggihan teknologi sehingga membantu pembelajaran lebih efektif dan efisien. Contohnya, guru sudah menyiapkan salindia, pengumpulan tugas melalui google classroom, dan contoh-contoh konkret dari berbagai sumber. Meskipun di sekolah belum menggunakan kurikulum merdeka, namun di sana sudah menerapkan beberapa prinsip profil pelajar Pancasila.Misalnya kegiatan tadarus sebelum memulai pelajaran dan salat duha  bersama di lapangan setiap Jumat. Selain itu, setiap pagi sisiwa disambut oleh guru atau disebut morning greeting untuk membiasakan 5 S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun). Lalu prinsip lainnya dilakukan dan diterapkan ketika pembelajaran berlangsung. Semoga kelak saya dapat menjadi salah satu berkontribusi dalam pendidikan sesuai pemikiran-pemikiran KHD dengan harapan siswa mendapat keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai dengan kodratnya.






Minggu, 16 Oktober 2022

Filosofi Pendidikan- topik 1 Aksi Nyata

 

                                                Tumbuhlah Tunas-tunas Bangsa

Pendidikan di Indonesia mengalami perjuangan yang begitu sulit. Perjalanannya sungguh tidak mudah sebab bangsa ini pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tidak bisa mengenyam pendidikan seperti sekarang ini. Bersyukurlah akhirnya perjuangan pahlawan untuk memerdekakan pendidikan bisa kita rasakan sekarang, tapi tidak cukup sampai di sini, pendidikan pun tidak melulu bisa dijadikan wadah mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Sering kali siswa hanya terbebani dan tidak bisa mencari jati dirinya. Selain itu, pendidikan pun sebagai tombak utama untuk memajukan bangsa. Harapan tentu ada, tinggal merealisasikan pemikiran-pemikiran para pahlawan pendidikan kala itu.

Pendidikan yang baik seharusnya berorientasi pada siswa berdasarkan landasan psikologis dan sosiologis agar pembelajaran mencapai tujuan. Pembelajaran pun bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Jangan sampai pembelajaran hanya menjadi sebuah beban dalam hidupnya. Jika pembelajaran bermakna, besar kemungkinan mereka akan lebih termotivasi dalam belajar. Kita boleh saja mengadaptasi pembelajaran dari luar, akan tetapi tidak boleh diterima begitu saja apalagi jika sampai melupakan kekayaan budaya yang dimiliki.

Guru berperan penting dalam perkembangan pendidikan sehingga harus bisa relevan dengan perkembangan zaman. Tidak perlu mereka didik sepeti pada zaman kita. Maka didiklah anak-anak kita sesuai tuntunan alam dan perkembangan zamannya. Dengan demikian pendidikan akan terus bertumbuh seusai perkembangan zaman.  Guru tidak perlu khawatir justru harus membiasakan diri dengan segala perubahan. Selain itu, guru pun bertugas sebagai among yang mendampingi mereka menemukan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Lalu jika mereka bisa merdeka dalam belajar, maka kehidupan mereka pun akan mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

         Perjuangan pendidikan di Indonesia tidaklah mudah. Tanpa perjuangan tokoh-tokoh pendidikan mungkin kita tidak bisa merasakan kebaikan dari pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih banyak bangsa Indonesia yang belum merasakan pendidikan. Padahal menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan menaburkan benih-benih kebudayaan yang ada pada masyarakat sebagai instrumen peradaban. Apabila pendidikan tidak diperjuangkan, maka negeri ini pasti kian terpuruk. Oleh karena itu, guru sebagai tombak utama dalam sebuah pendidikan akan memberi peranan yang dapat membimbing siswa untuk menjadi seseorang yang memaknai pentingnya pendidikan untuk kehidupan.

          Perjuangan Ki Hajar Dewantara tentu tidaklah mudah sehingga semangat juang untuk pendidikan harus kita lanjutkan. Pada masa itu Ki Hajar mendirikan Taman Siswa yang memiliki prinsip; Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan). Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh seorang guru guna memberikan pembelajaran yang bermakna. Jika pendidikan di Indonesia dapat berkembang maka tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi bangsa merdeka yang sebenarnya.

           Selain Ki Hajar, ada tokoh lain yang memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Tokoh ini menyuarakan hal-hal yang berkaitan dengan hak perempuan di Indonesia kala masa penjajahan. Dia adalah R.A Kartini, pejuang wanita untuk menggapai kebebasan dalam pendidikan. Gadis-gadis Indonesia saat itu masih terikat oleh adat istiadat lama dan hanya sedikit memperoleh kebahagiaan dari kemajuan pengajaran.  Kala itu, hanya untuk keluar rumah dan mendapat pelajaran di sekolah dianggap melanggar adat istiadat. Mereka pun tidak boleh keluar rumah jika tidak didampingi suami.

         Pada masa penjajahan perempuan cenderung berada di wilayah domestik bahkan hanya disebut perabot dapur. Awalnya perempuan hanya diberi pendidikan perihal rumah tangga. Atas dasar keresahan inilah Kartini mulai menggagas ide-idenya untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Tujuan utama untuk perjuangan ini bukan untuk menyaingi laki-laki justru dengan adanya pendidikan untuk perempuan, diharapkan membantu memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kartini merasa bahwa perempuan pun memiliki andil besar dalam peradaban dan kemajuan bangsa. Pada tahun 1903, Kartini mendirikan sekolah di Jepara. Lalu materi yang diajarkan adalah membaca, menulis, menghitung, pendidikan budi pekerti, dan keterampilan.

    Pada tahun 1911 buku tentang harapan dan keresahan Kartini akan situasi pendidikan perempuan yang tidak setara dengan laki-laki di terbitkan oleh J.H. Abendanun dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang ( Door Duisternis Tot Light). Buku itu diterbitkan setelah beliau wafat. Lalu pada tahun berikutnya, sekolah Kartini dibuka kembali bahkan tersebar di berbagai daerah. Hasil perjuangannya itu, dapat kita rasakan hingga detik ini. Perempuan dapat kesetaraan dalam hak pendidikan, membuka lebar kesempatan perempuan untuk berkarir dan berkarya, dan membangkitkan kualitas hidup perempuan di Indonesia.

       Selain dua tokoh yang sudah dibahas, ada tokoh lain yang memili semangat memperjuangkan pendidikan Indonesia yaitu Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi. Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA. Wahidin sebelumnya bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

          Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA untuk membahas berdirinya organisasi yang bersifat nasional. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”.

Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk masyarakat Tanah Air seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga agama.

         Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo sebab menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik.Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan. “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin. Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang.

        Semoga kita sebagai tunas-tunas bangsa dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat untuk benar-benar merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Selain itu, pendidikan diharapkan menjadi tempat untuk menumbuhkan peradaban masyarakat di Indoensia. Semangat juang mereka perlu kita lanjutkan untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Perubahan dapat diraih dengan pendidikan. Maka dari itu, pendidikan harus relevan dengan perkembangan zaman agar mampu maju lebih baik.


Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Topik 1. Aksi Nyata

Refleksi Diri

Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1 

      Setelah beberapa hari saya mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan ini banyak hal-hal baru yang memberikan motivasi agar saya sebagai calon mampu berkontribusi dan peduli terhadap pendidikan. Selain itu, selama perkuliahan banyak pengalaman mereka sebagai contoh hal itu tentu memberi pandangan yang lebih luas lagi agar kami menjadi guru yang profesional. Selain itu, bertemu dengan teman baru menjadi hal yang menyenangkan pula.    

      Setelah mempelajari Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya, sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa. 

 Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1 

    Setelah mempelajari Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya, sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa. 

    Pada topik 1 perspektif sosiokultural mempelajari tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik terhadap perkembangan pendidikan. Faktor-faktor itu saling berkaitan sehingga apabila salah satu dari faktor itu tidak mendukung maka ketercapaian pendidikan pun akan berkurang. Dengan begitu perlunya kerja sama antar pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat lingkungan sekitar. Diharapkan dengan adanya kesinambungan antarfaktor tersebut, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai secara optimal.

 Mulai Dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Salah satu mata kuliah yang terdapat di program PPG Prajabatan ini adalah perspektif sosiokultural dalam pendidikan. Mata kuliah ini memahami berbagai faktor yang melatarbelakangi kondisi pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor itu adalah sosial, budaya, ekonomi, dan sosial. Awalnya saya hanya meyakini bahwa pendidikan hanya dipengaruhi sosial dan budaya. Namun, setelah berdiskusi dan menonton tayangan yang berkaitan dengan pendidikan pandangan saya pun kian bertambah. Ternyata pendidikan akan berkembang dengan baik jika memilki faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang saling berkaitan.

 Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Pada topik 1 ini, kami mengenal jauh tentang pendidikan di Indonesia dan permasalahan yang ada pada pendidikan. Selain itu, pendidikan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jika salah satu fakto menjadi penghambat, maka bisa menghambat mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus dikembangkan oleh faktor tersebut agar tujuan pendidikan yang akan melahirkan unsur peradaban. Diharapkan guru pun tetap bisa berkontribusi besar untuk perkembangan pendidikan meski menemukan hambatan ketika pembelajaran. Selain itu, dengan pengembangan berbagai kurikulum diharapkan siswa lebih merdeka dalam belajar dan mampu relevan dengan perkembangan zaman.

Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Pada tahap ini kami mengamati contoh pendidikan di 5 desa yang berbeda. Kami menganalisis persaman dan perbedaan yang memengaruhi pendidikan di desa tersebut berkaitan dengan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan poitik. Melalui video itu pula kami memahami ternyata pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan setara. Akan tetapi, semangat para guru dalam mengabdi mencerdaskan anak bangsa begitu menginspirasi. Mereka sebisa mungkin memberikan pembelajaran yang bermakna untuk siswa meski banyak keterbasan yang harus mereka jumpai.

Selain itu, semangat para siswa dalam pendidikan pun patut di contoh. Mereka bahkan begitu menghargai keberadaan para guru. Siswa-siswa yang belum terpengaruh teknologi ini ternyata memiliki kercerdasan alam yang belum tentu dimiliki siswa di kota. Siswa di desa-desa itu bahkan menunjukkan sosial yang tinggi sebab setiap hari mereka masih asik dengan permainan tradisional. Budaya di masyarakatnya pun masih kental terlihat di mana anak-anak terbiasa untuk menari, menyanyi, monolog lucu, dan membuat batik.


 Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Tentu ini memberikan motivasi lebih agar kami mendidik dan mengajar dengan hati. Dengan begitu pembelajaran bisa tercapai sesuai tujuan pendidikan. Pendidikan adalah benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus instrumen tumbuhnya peradaban. Maka dari itu, penting sekali untuk kita sama-sama membangun pendidikan yang lebih merdeka.

Elaborasi Pemahaman

-         Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

-         Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ?

-         Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Saya memahami bahwa pendidikan itu harus dibangun oleh berbagai pihak. Selain itu, faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik harus saling terjalin dengan baik. Jika faktor tersebut dapat berkontribusi terhadap pendidikan, maka siswa mampu mengikuti perkembangan zaman dan bersaing secara global. Selain itu, kita sebagai guru harus mampu menuntun siswa menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Setelah belajar tentang topik 1 ini pula, kita senantiasa menghargai segala perbedaan budaya, sosial, dan ekonomi. Sebagai guru sebaiknya selalu merangkul kepada setiap siswa tanpa perlu melihat latar belakang kondisinya.

Pemahaman yang berubah yaitu ternyata faktor motivasi siswa tidak hanya didapatkan melalui faktor sosial. Faktor lain seperti budaya, ekonomi, dan politik pun turut serta mendukung keberhasilan dan hamabatan terhadap pendidikan. Selain itu, lebih memahami pentingnya pendidikan sebagai wadah untuk membekali dan menemukan potensi siswa. Guru bisa menjadi seseorang yang berpengaruh terhadap kehidupan siswa tentu hal itu tidak mudah. Oleh karena itu, tidak ada kata menyerah untuk terus berusaha mengembangkan pendidikan di Indonesia.

Ingin lebih mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik agar jika nanti menemukan hambatan karena faktor itu kami bisa tetap memberikan pembelajaran yang bermakna. Selain itu, ingin mengetahui hal apa saja yang bisa menjadi solusi jika menemukan hambatan itu.

Koneksi Antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?


Perspektif Sosiokultural dalam pendidikan dengan materi kuliah lainnya. hal ini bertujuan agar kami sebagai calon guru mendapatkan wawasan yang luas mengenai pendidikan. Misalnya dengan mata kuliah filosofi pendidikan, kita sebagai guru harus memahami arti dari pendidikan dan siswa sebagai objek pembelajaran yang harus dipahami segala kondisinya. Selain itu, kami pun sebagai pendidik sepatutnya bisa menembangkan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang diterapkan dengan tepat. Lalu sebaiknya pendidikan di Indonesia memperhatikan kebutuhan siswa yang relevan dengan perkembangan zaman. Pada perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor-faktor yang akan memengaruhi atau menghambat perkembangan pendidikan. Faktor yang dapat memengaruhi atau menghambat itu adalah faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Setelah memahami faktor pendukung atau penghambat, guru pun akan lebih memahami peserta didik dan akan terciptalah pemebelajaran yang aman dan nyaman. Tidak lupa pemahaman akan paradigma baru yang menekankan pada kepribadian siswa. Paradigma baru itu berkaitan dengan prinsip profil pemuda pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlah mulia, nberkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif). Selain itu, guru lebih merdeka dalam merancang pembelajaran sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, guru sebaiknya memiliki visi yang kuat untuk berkontribusi dalam pendidikan.

 




Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?

      Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Tentu sangat bermanfaat karena pemebelajaran ini menjadi acuan para guru untuk bisa mengadapo situasi yang memengaruhi atau menghambat terlaksananya pendidikan. Pada pembelajaran ini pula kami memahami bahwa pembelajaran masih bisa tercapai meski terkadang banyak hal yang menjadi hambatan. Meskipun saya sudah pernah mengajar, kesiapan saya untuk menjadi guru profesiaonal adalah skala 5,5 karena ternyata banyak hal yang perlu dikaji agar pembelajaran bisa memberikan arti untuk siswa.  Untuk itu saya bersyukur bisa mengikuti PPG Prajabatan. Semoga dengan mengikuti progam PPG Prajaban ini, kami semua bisa menjadi penerus untuk menebarkan benih-benih kebudayaan agar tercipta sebuah peradaban yang baik. Selain itu, meninjau kembali hal-hal yang menjadi hambatan dikala mengajar sehingga tidak akan mengulang kesalahan yang sama.








 

 

 

 

 

 

 

 

  

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4

Pendidikan sebagai salah satu tempat untuk menyemaikan benih-benih kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat sebagai instrumen peradaban bar...