Minggu, 16 Oktober 2022

Filosofi Pendidikan- topik 1 Aksi Nyata

 

                                                Tumbuhlah Tunas-tunas Bangsa

Pendidikan di Indonesia mengalami perjuangan yang begitu sulit. Perjalanannya sungguh tidak mudah sebab bangsa ini pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tidak bisa mengenyam pendidikan seperti sekarang ini. Bersyukurlah akhirnya perjuangan pahlawan untuk memerdekakan pendidikan bisa kita rasakan sekarang, tapi tidak cukup sampai di sini, pendidikan pun tidak melulu bisa dijadikan wadah mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Sering kali siswa hanya terbebani dan tidak bisa mencari jati dirinya. Selain itu, pendidikan pun sebagai tombak utama untuk memajukan bangsa. Harapan tentu ada, tinggal merealisasikan pemikiran-pemikiran para pahlawan pendidikan kala itu.

Pendidikan yang baik seharusnya berorientasi pada siswa berdasarkan landasan psikologis dan sosiologis agar pembelajaran mencapai tujuan. Pembelajaran pun bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Jangan sampai pembelajaran hanya menjadi sebuah beban dalam hidupnya. Jika pembelajaran bermakna, besar kemungkinan mereka akan lebih termotivasi dalam belajar. Kita boleh saja mengadaptasi pembelajaran dari luar, akan tetapi tidak boleh diterima begitu saja apalagi jika sampai melupakan kekayaan budaya yang dimiliki.

Guru berperan penting dalam perkembangan pendidikan sehingga harus bisa relevan dengan perkembangan zaman. Tidak perlu mereka didik sepeti pada zaman kita. Maka didiklah anak-anak kita sesuai tuntunan alam dan perkembangan zamannya. Dengan demikian pendidikan akan terus bertumbuh seusai perkembangan zaman.  Guru tidak perlu khawatir justru harus membiasakan diri dengan segala perubahan. Selain itu, guru pun bertugas sebagai among yang mendampingi mereka menemukan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Lalu jika mereka bisa merdeka dalam belajar, maka kehidupan mereka pun akan mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

         Perjuangan pendidikan di Indonesia tidaklah mudah. Tanpa perjuangan tokoh-tokoh pendidikan mungkin kita tidak bisa merasakan kebaikan dari pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih banyak bangsa Indonesia yang belum merasakan pendidikan. Padahal menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan menaburkan benih-benih kebudayaan yang ada pada masyarakat sebagai instrumen peradaban. Apabila pendidikan tidak diperjuangkan, maka negeri ini pasti kian terpuruk. Oleh karena itu, guru sebagai tombak utama dalam sebuah pendidikan akan memberi peranan yang dapat membimbing siswa untuk menjadi seseorang yang memaknai pentingnya pendidikan untuk kehidupan.

          Perjuangan Ki Hajar Dewantara tentu tidaklah mudah sehingga semangat juang untuk pendidikan harus kita lanjutkan. Pada masa itu Ki Hajar mendirikan Taman Siswa yang memiliki prinsip; Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan). Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh seorang guru guna memberikan pembelajaran yang bermakna. Jika pendidikan di Indonesia dapat berkembang maka tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi bangsa merdeka yang sebenarnya.

           Selain Ki Hajar, ada tokoh lain yang memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Tokoh ini menyuarakan hal-hal yang berkaitan dengan hak perempuan di Indonesia kala masa penjajahan. Dia adalah R.A Kartini, pejuang wanita untuk menggapai kebebasan dalam pendidikan. Gadis-gadis Indonesia saat itu masih terikat oleh adat istiadat lama dan hanya sedikit memperoleh kebahagiaan dari kemajuan pengajaran.  Kala itu, hanya untuk keluar rumah dan mendapat pelajaran di sekolah dianggap melanggar adat istiadat. Mereka pun tidak boleh keluar rumah jika tidak didampingi suami.

         Pada masa penjajahan perempuan cenderung berada di wilayah domestik bahkan hanya disebut perabot dapur. Awalnya perempuan hanya diberi pendidikan perihal rumah tangga. Atas dasar keresahan inilah Kartini mulai menggagas ide-idenya untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Tujuan utama untuk perjuangan ini bukan untuk menyaingi laki-laki justru dengan adanya pendidikan untuk perempuan, diharapkan membantu memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kartini merasa bahwa perempuan pun memiliki andil besar dalam peradaban dan kemajuan bangsa. Pada tahun 1903, Kartini mendirikan sekolah di Jepara. Lalu materi yang diajarkan adalah membaca, menulis, menghitung, pendidikan budi pekerti, dan keterampilan.

    Pada tahun 1911 buku tentang harapan dan keresahan Kartini akan situasi pendidikan perempuan yang tidak setara dengan laki-laki di terbitkan oleh J.H. Abendanun dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang ( Door Duisternis Tot Light). Buku itu diterbitkan setelah beliau wafat. Lalu pada tahun berikutnya, sekolah Kartini dibuka kembali bahkan tersebar di berbagai daerah. Hasil perjuangannya itu, dapat kita rasakan hingga detik ini. Perempuan dapat kesetaraan dalam hak pendidikan, membuka lebar kesempatan perempuan untuk berkarir dan berkarya, dan membangkitkan kualitas hidup perempuan di Indonesia.

       Selain dua tokoh yang sudah dibahas, ada tokoh lain yang memili semangat memperjuangkan pendidikan Indonesia yaitu Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi. Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA. Wahidin sebelumnya bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

          Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA untuk membahas berdirinya organisasi yang bersifat nasional. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”.

Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk masyarakat Tanah Air seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga agama.

         Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo sebab menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik.Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan. “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin. Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang.

        Semoga kita sebagai tunas-tunas bangsa dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat untuk benar-benar merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Selain itu, pendidikan diharapkan menjadi tempat untuk menumbuhkan peradaban masyarakat di Indoensia. Semangat juang mereka perlu kita lanjutkan untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Perubahan dapat diraih dengan pendidikan. Maka dari itu, pendidikan harus relevan dengan perkembangan zaman agar mampu maju lebih baik.


Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan - Topik 1. Aksi Nyata

Refleksi Diri

Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1 

      Setelah beberapa hari saya mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan ini banyak hal-hal baru yang memberikan motivasi agar saya sebagai calon mampu berkontribusi dan peduli terhadap pendidikan. Selain itu, selama perkuliahan banyak pengalaman mereka sebagai contoh hal itu tentu memberi pandangan yang lebih luas lagi agar kami menjadi guru yang profesional. Selain itu, bertemu dengan teman baru menjadi hal yang menyenangkan pula.    

      Setelah mempelajari Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya, sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa. 

 Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan- Topik 1 

    Setelah mempelajari Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan di topik 1, tentu menambah wawasan saya mengenai faktor yang mendukung pada pendidikan. Faktor - faktor itu dapat ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keempat faktor itu saling berkaitan satu sama lain sehingga jika beberapa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan maka akan sukar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidik pun sebaiknya dapat mencari solusi jika salah satu faktor itu menjadi hambatan pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa siswa di memliki pengaruh dari faktor yang berbeda. Pendidik harus memahami bahwa pemebelaran adalah salah satu wadah untuk membentuk suatu peradaban dan sejatinya guru adalah wadah pembelajaran yang sesungguhnya. Semoga dengan mengenali latar budaya, sosial, ekonomi, dan politk kian menguatkan motivasi kita sebagai pendidik agar senantiasa berkontribusi bagi kehidupan siswa. 

    Pada topik 1 perspektif sosiokultural mempelajari tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik terhadap perkembangan pendidikan. Faktor-faktor itu saling berkaitan sehingga apabila salah satu dari faktor itu tidak mendukung maka ketercapaian pendidikan pun akan berkurang. Dengan begitu perlunya kerja sama antar pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat lingkungan sekitar. Diharapkan dengan adanya kesinambungan antarfaktor tersebut, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai secara optimal.

 Mulai Dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Salah satu mata kuliah yang terdapat di program PPG Prajabatan ini adalah perspektif sosiokultural dalam pendidikan. Mata kuliah ini memahami berbagai faktor yang melatarbelakangi kondisi pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor itu adalah sosial, budaya, ekonomi, dan sosial. Awalnya saya hanya meyakini bahwa pendidikan hanya dipengaruhi sosial dan budaya. Namun, setelah berdiskusi dan menonton tayangan yang berkaitan dengan pendidikan pandangan saya pun kian bertambah. Ternyata pendidikan akan berkembang dengan baik jika memilki faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang saling berkaitan.

 Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Pada topik 1 ini, kami mengenal jauh tentang pendidikan di Indonesia dan permasalahan yang ada pada pendidikan. Selain itu, pendidikan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jika salah satu fakto menjadi penghambat, maka bisa menghambat mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus dikembangkan oleh faktor tersebut agar tujuan pendidikan yang akan melahirkan unsur peradaban. Diharapkan guru pun tetap bisa berkontribusi besar untuk perkembangan pendidikan meski menemukan hambatan ketika pembelajaran. Selain itu, dengan pengembangan berbagai kurikulum diharapkan siswa lebih merdeka dalam belajar dan mampu relevan dengan perkembangan zaman.

Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Pada tahap ini kami mengamati contoh pendidikan di 5 desa yang berbeda. Kami menganalisis persaman dan perbedaan yang memengaruhi pendidikan di desa tersebut berkaitan dengan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan poitik. Melalui video itu pula kami memahami ternyata pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan setara. Akan tetapi, semangat para guru dalam mengabdi mencerdaskan anak bangsa begitu menginspirasi. Mereka sebisa mungkin memberikan pembelajaran yang bermakna untuk siswa meski banyak keterbasan yang harus mereka jumpai.

Selain itu, semangat para siswa dalam pendidikan pun patut di contoh. Mereka bahkan begitu menghargai keberadaan para guru. Siswa-siswa yang belum terpengaruh teknologi ini ternyata memiliki kercerdasan alam yang belum tentu dimiliki siswa di kota. Siswa di desa-desa itu bahkan menunjukkan sosial yang tinggi sebab setiap hari mereka masih asik dengan permainan tradisional. Budaya di masyarakatnya pun masih kental terlihat di mana anak-anak terbiasa untuk menari, menyanyi, monolog lucu, dan membuat batik.


 Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Tentu ini memberikan motivasi lebih agar kami mendidik dan mengajar dengan hati. Dengan begitu pembelajaran bisa tercapai sesuai tujuan pendidikan. Pendidikan adalah benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus instrumen tumbuhnya peradaban. Maka dari itu, penting sekali untuk kita sama-sama membangun pendidikan yang lebih merdeka.

Elaborasi Pemahaman

-         Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

-         Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ?

-         Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Saya memahami bahwa pendidikan itu harus dibangun oleh berbagai pihak. Selain itu, faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik harus saling terjalin dengan baik. Jika faktor tersebut dapat berkontribusi terhadap pendidikan, maka siswa mampu mengikuti perkembangan zaman dan bersaing secara global. Selain itu, kita sebagai guru harus mampu menuntun siswa menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Setelah belajar tentang topik 1 ini pula, kita senantiasa menghargai segala perbedaan budaya, sosial, dan ekonomi. Sebagai guru sebaiknya selalu merangkul kepada setiap siswa tanpa perlu melihat latar belakang kondisinya.

Pemahaman yang berubah yaitu ternyata faktor motivasi siswa tidak hanya didapatkan melalui faktor sosial. Faktor lain seperti budaya, ekonomi, dan politik pun turut serta mendukung keberhasilan dan hamabatan terhadap pendidikan. Selain itu, lebih memahami pentingnya pendidikan sebagai wadah untuk membekali dan menemukan potensi siswa. Guru bisa menjadi seseorang yang berpengaruh terhadap kehidupan siswa tentu hal itu tidak mudah. Oleh karena itu, tidak ada kata menyerah untuk terus berusaha mengembangkan pendidikan di Indonesia.

Ingin lebih mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik agar jika nanti menemukan hambatan karena faktor itu kami bisa tetap memberikan pembelajaran yang bermakna. Selain itu, ingin mengetahui hal apa saja yang bisa menjadi solusi jika menemukan hambatan itu.

Koneksi Antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?


Perspektif Sosiokultural dalam pendidikan dengan materi kuliah lainnya. hal ini bertujuan agar kami sebagai calon guru mendapatkan wawasan yang luas mengenai pendidikan. Misalnya dengan mata kuliah filosofi pendidikan, kita sebagai guru harus memahami arti dari pendidikan dan siswa sebagai objek pembelajaran yang harus dipahami segala kondisinya. Selain itu, kami pun sebagai pendidik sepatutnya bisa menembangkan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang diterapkan dengan tepat. Lalu sebaiknya pendidikan di Indonesia memperhatikan kebutuhan siswa yang relevan dengan perkembangan zaman. Pada perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor-faktor yang akan memengaruhi atau menghambat perkembangan pendidikan. Faktor yang dapat memengaruhi atau menghambat itu adalah faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Setelah memahami faktor pendukung atau penghambat, guru pun akan lebih memahami peserta didik dan akan terciptalah pemebelajaran yang aman dan nyaman. Tidak lupa pemahaman akan paradigma baru yang menekankan pada kepribadian siswa. Paradigma baru itu berkaitan dengan prinsip profil pemuda pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlah mulia, nberkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif). Selain itu, guru lebih merdeka dalam merancang pembelajaran sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, guru sebaiknya memiliki visi yang kuat untuk berkontribusi dalam pendidikan.

 




Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?

      Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Tentu sangat bermanfaat karena pemebelajaran ini menjadi acuan para guru untuk bisa mengadapo situasi yang memengaruhi atau menghambat terlaksananya pendidikan. Pada pembelajaran ini pula kami memahami bahwa pembelajaran masih bisa tercapai meski terkadang banyak hal yang menjadi hambatan. Meskipun saya sudah pernah mengajar, kesiapan saya untuk menjadi guru profesiaonal adalah skala 5,5 karena ternyata banyak hal yang perlu dikaji agar pembelajaran bisa memberikan arti untuk siswa.  Untuk itu saya bersyukur bisa mengikuti PPG Prajabatan. Semoga dengan mengikuti progam PPG Prajaban ini, kami semua bisa menjadi penerus untuk menebarkan benih-benih kebudayaan agar tercipta sebuah peradaban yang baik. Selain itu, meninjau kembali hal-hal yang menjadi hambatan dikala mengajar sehingga tidak akan mengulang kesalahan yang sama.








 

 

 

 

 

 

 

 

  

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan_Aksi Nyata T.4

Pendidikan sebagai salah satu tempat untuk menyemaikan benih-benih kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat sebagai instrumen peradaban bar...